Pada
kasus patah kaki, contohnya, akan dilakukan fisioterapi secara
bertahap, kapan si anak harus sedikit menapak sampai bisa menapak penuh.
Latihan-latihan
yang diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan
kemampuan fungsionalnya dengan mempertahankan sendi-sendinya agar tak
menjadi kaku. Hal ini perlu dilakukan karena kaki patah yang dipasangi
gips umumnya akan mengalami pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun
berkurang. Lewat terapi yang dilakukan sambil bermain akan kelihatan
bagian mana yang mengalami penurunan fungsi.
2. Heating Therapy atau Terapi Pemanasan
Sesuai
dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan panas yang biasanya
digunakan pada kelainan kulit, otot, maupun jaringan tubuh bagian dalam
lainnya. Penggunaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat keluhan.
Bila hanya sampai di bagian kulit, maka pemanasannya pun hanya
diperuntukkan bagi kulit saja dengan menggunakan Infra Red
Radiation (IRR) atau radiasi infra merah. Bila gangguan terjadi pada
otot, digunakanlah micro diathermy atau diatermi mikro. Sementara, jika
gangguan muncul di bagian terdalam seperti rangka tubuh, maka yang
digunakan adalah short wave diathermy atau diatermi gelombang pendek.
Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan hasil
diagnosis.
Terapi
pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan jenis terapi lain. Seperti
pada terapi inhalasi untuk anak-anak dengan masalah lendir pada saluran
napas; pada nyeri otot maupun sendi. Bila dikombinasikan dengan bentuk
pengobatan lain tentu lebih menguntungkan karena dosis obat yang harus
diminum anak jadi lebih kecil untuk meminimalisir efek negatifnya.
3. Electrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi Listrik
Terapi
yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini cocok diterapkan
pada anak yang menderita kelemahan otot akibat patah tulang ataupun
kerusakan saraf otot. Cara penggunaannya, dengan menempelkan aliran
listrik pada otot-otot untuk mengatasi rasa nyeri. Terapi ini bertujuan
untuk mempertahankan massa otot dan secara tidak langsung merangsang
regenerasi saraf.
Pada
pasien anak yang menderita gangguan pernapasan, terapi ini pun bisa
digunakan untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi darah di rongga dada dan
saluran pernapasan menjadi lebih lancar, sehingga dapat membantu
relaksasi serta membantu mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan,
sehingga akan mempercepat proses penyembuhan.
4. Cold Therapy atau Terapi Dingin
Terapi
dingin biasanya diberikan bila cedera anak masih akut sehingga proses
peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini umumnya hanya diperuntukkan
bagi otot saja, biasanya akibat terjatuh dan mengalami memar. Nah,
terapi dingin ini pun berguna mengurangi bengkak. Itulah kenapa, ketika
anak terjatuh dan bagian tubuhnya ada yang benjol, orang tua sering
mengompresnya dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan
pengawasan ketat karena kalau fase akutnya sudah lewat, tapi masih terus
diberi terapi, justru dapat merusak jaringan.
5. Chest Physiotherapy atau Terapi Bagian Dada
Anak
dengan keluhan batuk-pilek biasanya mendapat chest physiotherapy yang
bermanfaat membersihkan saluran pernapasan dan memperbaiki pertukaran
udara. Yang termasuk dalam fisioterapi ini di antaranya
inhalasi/nebulizer, clapping, vibrasi dan postural drainage.
Inhalasi
yaitu memasukkan obat-obatan ke dalam saluran pernapasan melalui
penghirupan. Jadi, partikel obat dipecah terlebih dulu dalam sebuah alat
yang disebut nebulizeer hingga menjadi molekul-molekul berbentuk uap.
Uap inilah yang kemudian dihirup anak, hingga obat akan langsung masuk
ke saluran pernapasan. Keuntungan cara ini, dosis obat jauh lebih kecil,
hingga dapat mengurangi efek samping obat.
Obat-obat
inhalasi yang umum diberikan adalah obat untuk melonggarkan saluran
napas, pengencer dahak, dan NaCl sebagai pelembab saluran napas.
Sedangkan lamanya setiap inhalasi cukup sekitar 10 menit. Tindakan
lanjut untuk membantu pengeluaran lendirnya, antara lain clapping atau
tepukan pada dada dan punggung. Bisa di sisi kanan, kiri, depan dada.
Tepukan dilakukan secara kontinyu dan ritmik. Sertai pula dengan
pengaturan posisi anak (postural drainage), semisal anak ditengkurapkan
dengan posisi kepala lebih rendah dari badan, hingga lendir tersebut
dapat mengalir ke cabang pernapasan utama sekaligus lebih mudah untuk
dibatukkan. Ini akan menguntungkan karena biasanya anak tak bisa
meludah, hingga lendir yang menyumbat saluran pernapasan sulit
dikeluarkan.
Khusus
pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun, bila perlu, lakukan tindakan
suction atau penyedotan lendir dengan alat khusus lewat hidung atau
mulut. Bisanya tindakan ini dilakukan pada bayi dimana refleks batuknya
belum cukup kuat untuk mengeluarkan lendir.
6. Hydro Therapy atau Aquatik Therapy
Terapi
dengan air berguna bagi anak-anak yang mengalami gangguan, terutama
gangguan gerak akibat spastisitas, misal pada anak CP (Cerebral Palsy).
Sedangkan pada anak yang terlambat berjalan, tentu saja sebelum diterapi
mereka akan dievaluasi dulu baik dari usia, tingkat kemampuan, maupun
tingkat kesulitan yang dialami. Untuk bisa berjalan, anak tentu saja
harus melalui berbagai tahapan yang dimulai dengan tengkurap, duduk,
merangkak sampai berdiri. Biasanya anak tidak akan langsung diajarkan
berjalan bila tahap sebelumnya belum mampu ia lakukan.
Pada anak
yang mengalami kesulitan bergerak karena spastisitas/kekakuan, ketika
di air, umumnya dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian
diharapkan spastisitas anak akan berkurang mengingat adanya bantuan
berupa dorongan air yang sifatnya bisa melenturkan gerak tubuh. Meskipun
tidak semua anak dengan gangguan tersebut dapat diberikan hidro terapi
air, tapi terapi ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif.
7. Orthopedhic dan Rheumathoid Arthritis
Sebetulnya
fisioterapi ortopedik ini dilakukan untuk mengatasi gangguan tulang dan
otot akibat patah tulang, post fracture (retak), artritis sendi,
keseleo, atau terkilir. Umumnya ditujukan untuk kalangan dewasa karena
kasusnya jarang sekali terjadi pada anak.
Pada
bayi, terapi ortopedik ini akan dipakai jika ia mengalami proses
pemendekan otot leher (lehernya jadi miring) akibat pembengkakan otot
leher yang membuat ototnya tertarik ke satu arah. Fiosioterapi ini
dilakukan dalam bentuk latihan-latihan gerakan, pijat, dan peregangan.
Bisa juga dibarengi dengan ultrasound (gelombang suara berfrekuensi
lebih tinggi dari yang dapat didengar manusia) dan pemanasan untuk
melepaskan perlengketan/gumpalan di leher. Fisioterapi ini bisa
diterapkan sejak bayi berusia 2 minggu.
Fisioterapi
rheumathoid arthritis dilakukan pada anak dengan keluhan kaki bengkak
atau mengalami gangguan sendi. Untuk mengurangi rasa nyeri, terapi
dingin diberikan saat akut dan selanjutnya diberikan terapi panas dengan
electrical stimulations therapy. Ini bisa dilakukan pada anak usia 4-5
tahunan, tergantung pada bagian mana terserangnya.
SUMBER: http://nova.grid.id/Kesehatan/Anak/Mengenal-7-Jenis-Fisioterapi?page=4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar