selamat
malam blogerss
h-5
UAS nihtugas
makin banyak :(
dan
ini gua nulis tentang sosok yang sangat hebat dalam fisioterapisiapaa
diaa yaaaaacekidottt
Profil
Nama
Lengkap: Febry Aryusman S.FT
Tempat/Tanggal
Lahir: Muaralabuh, 15 September 1991
Jenis
Kelamin: Laki-laki
Agama:
Islam
Status:
Lajang
Riwayat
Pendidikan
2013
- 2014: Universitas Esa Unggul S1 fisioterapi (S.FT)
2009
- 2013: Universitas Esa UnggulD4 Fisioterapi (Sst.Ft)
2007
- 2009: SMA N 1 Muaralabuh, Sumatera Barat
2003
- 2006: SLTP N 1 Sangir Jujuan, Sumatera Barat
1997
- 2003: SD Negeri 7 Pekan Selasa, Sumatera Barat
1996
- 1997: TK Cemapaka Muara Labuh, Sumatera Barat
Januari
– Maret 2014: Klinik Fisioterapi Esa Unggul
April
2014 – Oktober 2015: Indonesia Sport Medical Center (ISMC)
November
2015 – sekarang: Jets Physiocare Center
Fisioterapi
memang bukan hal baru bagi Febry. Berlatar belakang kuliah jurusan fisioterapi,
ia jadi tertarik menjadi fisioterapis.
Pria
lulusan Universitas Esa Unggul ini mulai tertarik mengambil fisioterapi khusus
olahraga. Ia mempunyai pengalaman bekerja di fisioterapi sejak kuliah. Ia
pernah magang selama tiga bulan di klinik terapi sport di kampusnya. Dari
klinik terapi sport, ia pindah kerja di Indonesia Sport Media
Center selama satu setengah tahun.
Kasus
Paling Menantang
Febry
mengakui, sepanjang ia melakukan fisioterapi belum pernah menangani cedera
kronis. Salah satu kasus yang menantang Febry adalah cedera bahu berupa radang
otot. Ia mengingat saat kuliah dulu, mata kuliah Shoulder Complex amat
menarik minatnya.
"Pasien
yang radang otot di bahu lalu telat datang ke fisioterapi, radangnya semakin
lama makin memengaruhi daerah sekitar otot. Tendinitis, radang di otot harus
dipulihkan. Kita (fisioterapis) harus memulihkan semua otot dan sendi yang
terkena radang," katanya.
Jika
biasanya pasien merasa kesakitan, kata dia, pasien jadi malas menggerakkan
bahu. Lama-lama bahu jadi kaku dan seolah beku. "Itu sudah
komplikasi banget," kata Febry. Selain bahu, penanganan
cedera di daerah lutut juga menantang Febry cara memulihkan pasien.
"Apalagi
kalau radang di lutut, banyak pasien yang bandel. Misal, pemain bola di kampus
atau di kantor ada yang sakit di lutut hanya dibiarkan saja. Karena bisa saja
terjadi kelemahan otot dan komplikasi cedera sudah ke mana-mana. Itu sesuatu
yang unik, harus dianalisa gimana gerakan dari lututnya," tuturnya.
Pasien
yang terkena radang lutut, cara jalan akan berbeda. Bukan hanya karena sakit,
melainkan tubuh menyesuaikan ketika lutut sakit. Pola jalan akan berbeda dan
terkesan aneh. Bagi Febry, kasus seperti ini menguras otak untuk berpikir,
bagaimana cara mengembalikan pola jalan pasien seperti semula.
Pasien
yang Cerewet
Tiap
hari menangani pasien, Febry tak menampik bila pasien sangat cerewet. Di
Indonesia, fisioterapi belum begitu terkenal, wajar saja ada pasien yang ingin
menyangsikan pengobatan fisioterapi.
"Biasanya sih pertemuan
pertama, kedua, dan ketiga, pasien bakal cerewet. Apalagi yang datang ibu-ibu,
ya pasti cerewet. Mereka beranggapan begini, 'Saya sudah mengeluarkan duit
banyak tapi dengan cara terapi seperti ini, apakah saya bisa sembuh?',"
ujar Febry.
Febry
pernah menangani klien, yang mengalami cedera meniskus pada lutut, bantalan
sendi di area otot. Pasien tersebut sudah konsultasi ke beberapa dokter. Ia
mengalami kerobekan di meniskus, yang mengakibatkan lutut sulit digerakkan.
Bila dipaksakan untuk berolahraga, lutut akan bengkak
Febry Aryusman menjadi
fisioterapis sudah 3 tahun
"Dia
punya prinsip tidak mau operasi. Akhirnya, sampailah dia ke fisioterapi dan
bertemu saya. Awalnya, dia mengatakan, 'Lutut saya, sakit tapi saya disuruh
latihan beban, kenapa?' Saya kasih latihan bersandar di tembok dan ditahan 10
detik. Nah, itu kan lumayan menguras tenaga di otot dan
hamstringnya. Dia bilang, 'Ini kan lutut saya sakit malah dilatih begini dan
jadi bikin sakit'," kenang Febry.
Ternyata
butuh proses minimal dua minggu, setelah melakukan latihan bersandar di tembok.
Otot perlahan-lahan pulih dan berkurang sakitnya. Belum sampai waktu yang
ditentukan, pasien sudah merasa mulai baikan. Pada awalnya, pasien tidak
percaya sama sekali dengan fisioterapi.
"Sampai
dia bilang, 'Sakit pasien itu kegembiraaan fisioterapis'," tawa Febry.
Febry
memang menjanjikan fisioterapi selama dua minggu pertama. Kalau tidak ada
perubahan, maka pasien boleh cari opsi lain. Bahkan tidak sampai dua bulan,
pasien itu sudah bisa main bulutangkis. Untuk mengantisipasi cedera lutut, tiap
kali bermain bulutangkis, pasien memakai pelindung lutut.
Butuh
Saling Percaya
Hampir
tiga tahun menangani pasien yang cedera, Febry selalu belajar dari
pengalaman dan kesalahan. Misal, pasien hari ini datang dan sudah menjalani
latihan sebelumnya, kok nyeri belum hilang atau bengkak tidak turun.
"Saya
jadi lebih awareness, ketakutan sendiri, kira-kira apa yang kurang
dan terlewat, entah saya bertanya ke fisioterapis lain dan dosen. Ada juga
kalau pasien tidak percaya sama fisioterapi. Itu akan berpengaruh pada hasil
terapinya. Apakah dia malas-malasan, jadi negative thinking.
Kalau bawaan pasien sudah tidak enak, mood jelek dan enggak
percaya saya. Ya, memengaruhi semangat saya buat melatih," ujar Febry
Fisioterapis Febry
Aryusman
Agar
fisioterapi berjalan lancar, antara pasien dan fisioterapis harus saling
percaya. Lain pula bila terjadi redflek (cedera yang tidak bisa ditangani
fisioterapis). Fisioterapis membutuhkan dokter untuk pemeriksaan medis, MRI,
dan rontgen pasien.
Dari
pemeriksaan dokter, bila tidak ada masalah serius pada cedera, pasien bisa
meneruskan fisioterapi. Fisioterapis harus berkomunikasi dengan dokter secara
baik.
"Fisioterapis
bukan di bawah dokter tapi kita saling kerjasama untuk pemulihan pasien,"
lanjutnya.
Bedah
Mayat dan Magang
Bedah
Mayat dan Magang
Febry
mengatakan, proses menjadi fisioterapis harus melakukan bedah mayat. Hal
tersebut mengetahui bentuk otot tendon, sendi, dan otak. Mayat sudah diawetkan
dan bagian-bagian tubuh sudah dibuka.
Sebagai
tanda resmi sudah menjadi fisioterapis, ada Surat Tanda Registrasi (STR) dan
Surat Izin Praktik (SIP). Proses yang dijalani berupa magang. Bagi Febry,
fisioterapis tanpa magang seperti anak IPS yang hitung uang tapi tidak
kelihatan jumlah uangnya
Febry juga melakukan home
visit ke rumah pasien
"Yang
namanya magang praktik di rumah sakit memengaruhi kita ke depannya gimana.
Karena jago teori belum tentu bisa praktik, kalau praktiknya bagus kan teori
bisa dicari-cari sambil praktik," ungkap Febry.
Menanggapi
jurusannya di bidang fisioterapi sport, hal itu tergantung passion
(minat), kata dia. Febry termasuk orang yang gemar olahraga, seperti main bola,
dan futsal.
Cara
Perkaya Ilmu
Cara
Febry memperkaya ilmu fisioterapi dengan mengikuti berbagai macam seminar dan
workshop. Tapi ia lebih menyukai workshop karena langsung dipraktikkan,
sedangkan seminar hanya berfokus pada teori saja.
Ia
juga membaca artikel di internet. Belajar lewat internet hanya bermodalkan
bahasa Inggris saja.
"Lebih
suka workshop, kalau seminar cuma teori akan bikin pusing. Jadi, pas workshop
langsung nemu kasus dan ada ragu-ragu bisa bertanya langsung dan dipraktikan
biar nempel," ungkap Febry.
Selain
itu, Feby juga sering berkonsultasi ke dokter soal kondisi pasien. Fisioterapis
harus tetap berkomunikasi lancar dengan dokter olahraga dan ortopedi. Ia juga
menuturkan, fisioterapi sangat berkembang di luar negeri.
Di
Amerika sendiri, data statistik kesehatan menempatkan tenaga kesehatan
fisioterapis menduduki posisi kedua setelah dokter.
Aktivitas
Lain
Jadwal
masuk kerja Febry di JETS dari Senin-Sabtu memang menguras tenaganya. Jika ada
waktu usai bekerja, ia menerima pasien yang membutuhkan dirinya. Artinya, Febry
mendatangi pasien ke rumah.
"Misal,
ada gym di apartemen pasien dan si pasien enggak sempet ke JETS. Saya sarankan
untuk nge-gym sendiri biar kondisi otot berkembang. Tapi dia bilang datang
sendiri malah enggak semangat. Dia maunya saya temani," kata Febry.
Jatah
hari Minggu ia gunakan untuk me time, tiduran dan nonton tv. Saat
Minggu tiba, ia tidak pernah ambil pasien karena perlu waktu istirahat.
Senin-Sabtu sudah kerja dan mengunjungi pasien.
"Pernah
ada juga ada permintaan event pertandingan basket. Mereka
butuh fisioterapi, ya saya kadang ambil. Itung-itung sekalian
nonton basket dan bekerja," ujarnya.
Febry Aryusman
berlatarbelakang jurusan fisioterapis
Menanggapi
batasan makan, Febry tidak punya pantangan makan. Ia berupaya rajin olahraga
dan jaga berat badan. Malu juga, nanti kalau ada pasien yang lihat,
fisioterapis kok punya badan enggak ideal. Makanya, berat badan perlu
dijaga," tawanya.
Febry
rupanya ingin menggeluti dunia fisioterapi saja. Ia belum memikirkan dan tidak
tertarik melirik profesi lain.
"Saya
sudah belajar empat tahun dan tidak ada kemampuan lain, selain fisioterapi.
Yah, paling mungkin buka usaha kuliner atau apa. Atau buka klinik fisioterapi
kecil-kecilan," tutupnya.